ARCAPADA: Seni Patung Indonesia


Indonesia Salah Satu dari sedikit negeri di dunia yang memiliki alur cerita panjang perihal seni patung.Karya hasta tiga dimensi itu bahkan sudah hadir sejak zaman megalitikum
Dalam kosmologi yang berkembang di Jawa jagad raya punya sebutan khas, Triloka. Tiga loka atau tempat ini meliputi jagad kahyangan tempat bersemanyamnya para dewa, jagad mayapada tempat jin mahluk halus lainnya, serta arcapada atau jagad manusia. Apakah sebutan arcapada  yang secara harafiah berarti jagad arca atau alam patung dapat jadi pertanda bahwa Indonesia sudah memiliki budaya patung sejak zaman prasejarah, zaman megalitikum 4000 tahun sebelum Masehi?
Jejak era mwgalitikum dapat dijumpai di beberapa bagian Tanah Air. Pelbagai patung megalitik dapt ditemui di Pasemah, Sumatera  Selatan. Di sini budaya arca itu muncul dengan bentuk unik, langka , sarat dengan unsure kemegahan dan keagungan yang terwujud dalam sosok bentuk amat monumental. Ragam  sosok simbolistik yang ingin disampaikan oleh para juru pahat zaman batu itu erat kaitannya dengan pesan – pesan religius.

Kunjungi Website Baru Kami Trip-Outbound. Dan Telusuri kami di Outbound Lembang, Lembang Outbound, Outbound Bandung, Bandung Outbound, Outbound Bandung Lembang, Outbound Lembang Bandung, Bandung Lembang Outbound, Lembang Bandung Outbound, Outbound, Outbond, Lembang, Bandung, Outbound Adventure, Trip Outbound, Rafting Arung Jeram, Outbound training Bandung, Camping Bandung, High Ropes Bandung, Hiking Lembang Bandung, Company Gathering, Family Gathering, MICE,
Pasemah diteliti pertama kali oleh   L Ullmann. Di artikel “ Hindoe –belden in Binneenlanden van Palembang “, 1850, ia salah  mengartikan patung – patung itu peninggalan masa Hindu. Tahun 1932, teori ini ditentang Van Der Hoop, ia menyimpulkan peninggalan itu dari masa yang lebih tua. Penelitian lanjutan oleh arkeolog kondang seperti R.P Soejono,  Teguh Asmar , Haris Sukendar, serta peneliti dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dan Balai Arkeologi Palembang memperkuat pendapat dengan arca – arca sophisticated Pasemah adalah situd megalitik utama di belahan bumi selatan.
Arca – arca era  megalitikum juga dapat ditemukan di Tapanuli, antara lain dalam sosok patung Mejan di Kabupaten Pakpak Barat. Tradisi lompat batu dan kubur batu  sarcophagus, memperlihatkan elemen dan tradisi megalitik masih hadir di Nias. Di Sumba, Nusa Tenggara Timur, dapat ditemui kubur batu dan meja batu sebagai tempat pertemuan adat. Di Minahasa  karya seni batu dapat di temui dalam bentuk waruga, kubur batu berbentuk kotak atau kubus. Unik, penutp kubur batu berbentuk atap rumah dihiasi relief serta arca binatang. Lebih unik lagi, budaya megalitik ini masih berlangsung sampai abad ke 19! Arca batu megalitik tak ditemui di Papua. Namun hadirnya seni patung kayu suku  Asmat dalam format totem dapat jadi  petunjuk Papua sudah punya budaya arca sejak era  megalitikum.
Seni patung Nusantara mendapatkan bentuk klasiknya pada zaman Budha dan Hindu. Patung – patung  dan prasasti dari abad ke lima hingga abad ke tujuh menunjukkan pengaruh kuatseni patung India, selaras dengan nama – nama India yang dipakai raja – raja Mulawarman di Kalimantan dan Purnawarman di Jawa. Di abad ke delapan elemen – elemen lokal mulai hadir pada patung – patung yang di bangun para penguasa. Arca – arca  Sang Budha di Borobudur sangat khas menampilkan sosok lebih berisi pada wajah dan tubuh, berbeda dari patung – patung Budha di Asia Tenggara. Dalam posisi semadi dhyana mudra Sang Budha menampilkan wajah teduh dengan senyum yang damai.
Berkembang jauh dari negeri asalnya India, seni patung di Indonesia makin lama makin  jelas wujud lokalnya. Patung Joko Dologyang sejatinya perwujudan Kartanegara raja terakhir Singosari dalam sosok Budha, sudah hilang  kesan Indianya. Patung abad ke tigabelas itupun tampak lebih naturalis. Meski demikian patung – patung gaya India tetap muncul selepas zaman Budha dan Hindu di Tanah Air. Dwarapala, patung penjaga gerbang dalam tradisi Budha dan Hindu dapat dijumpai di gerbang keratin Yogyakarta dan Kamandungan Lor Keraton Surakarta.
Datangnya bangsa barat yang membawa budaya patung Eropa tak bermakna nyata pada perkembangan seni patung Indonesia. Patung – patung yang hadir di zaman ini seratus persen arca – arca Eropa yang pindah ke Indonesia. Antara lain patung Hermes di samping Harmoni dan patung Jan  Pieterzoon Coen di  Lapangan Banteng. Perkembangan seni patung baru menggeliat di zaman merdeka. Awal dasawarsa 50-an sebentuk patung modern tegak berdiri menghiasi halaman depan Markas Besar POLRI di Kebayoran Baru. Patung ini kontenporer karena tampil abstrak menghadirkan sosok Harjuna dan Kresna dalam dialog Bhagavad Gita. Sayang karya pematung Ny. Tjokro ini tanpa sebab jelas dihilangkan, diganti dengan patung Gajah Mada.
Seni patung Indonesia dapat dikatakan mulai mendapatkan bentuknya awal 60- an ketika Jakarta ditunjuk sebagai penyelenggara Asia Games IV. Melalui pembenahan Ibukota dengan hiasan patung – patung modern. Dua karya Edhie Sunarso, “ Patung Selamat  Datang “ di Bunderan HI dan “ Patung Pembebasan Irian Barat” di  Lapangan Banteng, adalah contoh klasik patung era tersebut. Maka, hadirlah pelbagai karya seni patung dalam pelbagai aliran menghiasi Jakarta. Dari “ Monumen Perjuangan “ karya LPKI yang kental pengaruh Auguste Rodin di TamanCut Mutiah, Patung Arjuna Wiwaha di kawasanMedan Merdeka hingga “ Patung Elemen Artistik” karya But Muchtar di halaman MPR/DPR. Keseluruhan karya patung tersebut, menorehkan keindahan  dan ekspresi tradisi seni bangsa Indonesia.*